MediumPos
Untuk Ummat Kami Sampaikan

Generasi Muda Masyarakat Adat Rantaubaru Tetap Pertahanan Permainan Rakyat

(Hari ke-2 Anjangsana Media & LAM Riau)

MP, RANTAUBARU – Meski tergerus oleh yang serba digital dan online, generasi muda masyarakat adat Desa Rantaubaru, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan tetap mempertahankan permaian rakyat. Permainan rakyat ini menjadi bagian dari kearifan lokal.

Ketua Kelompok Pariwisata Desa Rantaubaru Khairuman mengakui berat memang mempertahankan tradisi di tengah derasnya kemajuan teknologi saat ini. Namun masyarakat Desa Rantau Baru, Kabupaten Pelalawan, permainan rakyat ini diupayakan untuk terus bisa dilestarikan.

“Ada beberapa permainan rakyat yang kini coba untuk mempertahankannya dalam kehidupan masyarakat adat Rantaubaru. Di antaranya, main Gasing, main Tali, main Ucak, dan lainnya,” ucapnya.

Untuk mengenal lebih jauh aneka permainan rakyat itu, Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau mengajak beberapa wartawan untuk melihat langsung. Berikut sebagian dari bentuk permainan rakyat itu;

Lempar Gasing

Gasing merupakan permainan tradisional yang terdapat di sejumlah daerah di Indonesia, termasuk di Desa Rantau Baru. Permainan tradisional ini tidak hanya dimainkan oleh anak-anak, tapi juga dilakukan orang dewasa. Bahkan permainan ini juga ada dilombakan oleh beberapa daerah.

Biasanya, perlombaan gasing ini mengadu siapa yang paling lama berputar. Siapa yang paling lama, gasing itulah yang keluar sebagai pemenang. Tapi ada juga penentuan pemenang dengan mengadu gasing.

Sebagaimana diketahui, Gasing yang terbuat dari kayu ini merupakan permainan yang berputar pada porosnya serta memiliki keseimbangan pada satu titik. Gasing ini berbentuk bulat dan lancip, lalu dililitkan tali di kepala gasing supaya bisa dilepas dan berputar lebih kencang.

Gasing ini dibuat menggunakan kayu pilihan, yakni kayu keras dan kuat. Oleh masyarakat Rantau Baru, kayu yang digunakan adalah jenis Sebangko. Kayu ini sulit di dapat. Tapi di Kabupaten Pelalawan kayu Sebangko masih ada tumbuh di Kecamatan Langgam dan Sei Kijang.

Kayu Sebangko ini dikenal sangat keras dan tida bisa diolah menjadi papan. Oleh masyarakat biasanya digunakan sebagai alas untuk menggelindingkan kayu yang sudah ditebang.

Kedagho

Lain lagi dengan permainan yang satu ini. Dimana permainan harus dimainkan secara tim yang jumlah masing-masing tim bisa mencapai 3 sampai 5 orang.

Adapun sarana yang digunakan adalah tempurung kelapa. Cara mainnya, dua tim saling melempar tempurung dengan menggunakan tumit. Dimana tempurung tersebut diletakkan dalam jarak yang sudah disepakati.

Untuk menentukan siapa yang menang jika tempurung yang dilempar tidak mengenai tempurung kawan yang diletakkan tersebut. Jika kena, maka dinyatakan kalah.

Bagi yang menang akan digendong oleh lawannya. Jaraknya sesuai dengan jarak lempar tempurung tadi. Disinilah kegembiraan itu tercipta. Yang menang akan tertawa-tawa bahagia karena digendong.

Ucak Tarason

Permainan rakyat yang satu ini lebih seru dan menarik lagi. Dimana masing-masing pemain yang dibagi dalam 2 tim saling berlomba untuk mengalahkan lawannya. Sarana yang digunakan sandal sebagai Ucak, dan kotak tarason sebagai sasaran lemparan.

Cara mainnya, Kotak tarason diletakkan dalam garis kotak segi empat. Dan salah satu tim berperan sebagai pelempar pertama. Jika tarason yang dilempar kena dan keluar kotak, maka rekan-rekan lainnya berupaya untuk memasukkan kembali ke dalam kotak. Jika masuk, maka mereka akan keluar sebagai pemenang.

Sementara, jika kotak tarason tersebut tidak masuk, maka lawannya akan melempar kotak tersebut dan berupaya menjauhkannya dari kotak.

Main tali (rotan)


Sama dengan daerah lain, masyarakat Rantaubaru juga sangat familiar dengan permainan tali. Hanya saja, jika di daerah lain bahan talinya dari karet gelang yang dijalin, tapi kalau di Rantaubaru bahannya dari rotan yang sudah disangai (dipanaskan) tujuannya agar rotan yang digunakan sebagai tali menjadi lentur. Panjang rotan yang digunakan sekitar 4-5 meter.

Cara bermainnya lebih praktis lagi. Dua orang saling berhadapan memegang ujung rotan. Kemudian rotan diayun. Mulai dari gerakan lambat sampai cepat.

Kemudian, rekan lainnya masuk dalam ayunan rotan yang diputar tersebut dan melompat agar tidak terkena yang menyebabkan permainan terhenti. Sang penganyun rotan terus memutar tali, makin lama makin kencang. Inilah yang harus diimbangi oleh mereka yang melompat tadi. Ia secara otomatis akan mengikuti dan mengimbangi ayunan tali tersebut.

Bagi yang menyebabkan terhentinya ayunan rotan akan keluar dan diganti oleh yang lain. Permainan ini tidak adanya didominasi oleh kaum emak-emak, tapi juga dilakukan oleh kaum Adam. Manfaat dari permainan ini adalah kebugaran badan karena gerakan yang menguras keringat.* (DW Baswir)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.