MediumPos
Untuk Ummat Kami Sampaikan

Ratusan Peserta Ikuti Seminar Akbar Dialog Tionghoa dalam Kebhinnekaan PSMTI Riau

MP, PEKANBARU – Ratusan peserta mengikuti seminar akbar yang diadakan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Riau, Minggu (7/5/2022).

Seminar perdana yang adakan tahun ini, mengambil tema ”Dialog Tionghoa dalam Kebhinekaan” dan menghadirkan pembicara Azmi Abu Bakar, Pendiri Museum Peranakan Tionghoa Indonesia dan Ketua PSMTI Riau Stephen Sanjaya serta moderator, Jailani Tan, Ketua Harian Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Riau.

Di kursi tamu undangan tampak Ketua MKA LAMR Datuk Raja Marjohan Yusuf, Ketua Forum Kebangsaan Provinsi Riau H Auni Noor dan Robin Eduar, anggota DPRD Kota Pekanbaru dan Ketua harian PSMTI Pusat yang sekaligus pembina PSMTI Riau, Peng Suyoto.

Dalam sambutannya, Ketua Panitia Seminar Akbar PSMTI Riau, Kelvin berharap kegiatannya ini dapat memberikan pencerahan dalam menyongsong Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei mendatang.

Dia memperkirakan 500 peserta yang berasal dari kabupaten kota di Provinsi Riau dan juga luar Provinsi Riau akan mengikuti dialog kebhinnekaan itu.

”Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pembicara, moderator, dan pihak pihak yang telah memberikan bantuan materi,” tuturnya.

Ketua PSMTI Riau Stephen Sanjaya dalam paparannya membahas sejarah berdirinya PSMTI.

Menurut dia, PSMTI merupakan
paguyuban sosial Sku Tionghoa Indonesia organisasi kemasyarakatan suku Tionghoa di Indonesia berdiri pasca Kerusuhan Mei 1998.

Sejarah Singkat PSMTI

Stephen Sanjaya memaparkan sejarah singkat PSMTI. Organisasi etnis ini dirikan oleh 14 tokoh, terdiri dari ;

1. Anton Haliman (Almarhum)
2. Brigjen TNI (Pur) Tedy Jusuf
3. Drs. Eddy Sadeli. SH
4. Dra. Ernawati Sugondo. S.Sos
5. Kamil Setiadi
6. I.G.Hertanto T Surya, SH
7. Ir. Suyapto Tandyawasesa
8. DR (HC) Layto Wijaya
9. Teddy Sugianto
10. DR.(HC) Yenni Thamrin
11. Hendra Suryana, SH
12. Budiman
13. Ronald Syarief
14. Karta Winata

Upacara deklarasi dihadiri lebih dari 1000 orang bertempat di Gedung Sigala – gala Sunter Jakarta Utara. Disahkan pula Logo, AD ART dan Kepengurusan sementara Periode 1998 – 2000.

Deklarasi ditandai dengan penandatanganan Piagam Pendirian oleh 88 Marga seluruh Marga Tionghoa yang ada di Indonesia.

Di kesempatan itu juga disepakati mengangkat Brigjen Purnawirawan Tedy Yusuf sebagai pendiri sekaligus Ketua Umum.

Faktor lainnya yang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan PSMTI dalam merespon kebijakan pemerintah adalah lingkungan domestik dan internasional yang membuatnya harus terus mampu menjaga relevansi.

Hingga hari ini, PSMTI masih terus secara konsisten menyuarakan penggunaan kata “Tionghoa” menggantikan kata “Cina”. Meskipun Keputusan Presiden No. 12 Tahun 2014 telah menjadi payung hukum untuk mendorong perubahan penyebutan ini.

Tetapi juga disadari dalam kenyataannya masih perlu sosialisasi yang luas dan penegasan yang konsisten untuk memberi wawasan akan dampak perubahan penyebutan tersebut. Sehingga akhirnya dapat menjadi sebuah kesadaran nasional.

Apalagi perkembangan sekarang ini baik dalam konteks hubungan Indonesia-Tiongkok maupun perkembangan Tiongkok sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia, membuat PSMTI merasa perlu untuk meminta secara tegas penghapusan kata “Cina”.

Hal ini tidak lepas dari kekhawatiran akan dampaknya pada etnis Tionghoa di Indonesia akibat keterbatasan pengetahuan masyarakat terhadap perbedaan kata “Cina” sebagai etnis dan “Cina” sebagai negara atau foreign entity .

Dalam konteks inilah, PSMTI juga sedang berjuang agar Presiden Joko Widodo membuat pernyataan demikian, hal ini tentu sangat relevan dengan konteks relasi Indonesia-Tiongkok saat ini yang begitu progresif, tetapi rentan untuk dipolitisir akibat sejarah masa lalu.

Patriotisme Etnis Tionghoa Indonesia

Sementara itu, pendiri Museum Peranakan Tionghoa Indonesia Azmi Abubakar yang ia dirikan sejak musibah Tsunami di Tanah Aceh.

Pendirian museum ini dilatarbelakangi pasca Tsunami melanda, PSMTI lah paguyuban pertama yang turun langsung membantu masyarakat Aceh. Mereka tidak hanya memberikan bantuan makanan dan pangan, tetapi terjun langsung di lokasi bencana.

Lalu, dalam perjalanan waktu, Museum Peranakan Tionghoa menggali tentang kepatriotan orang orang Tionghoa dalam perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia.

Aktivis Hak Azazi Manusia (HAM) dan sekaligus pendiri pustaka peranakan Tionghoa ini menjelaskan sejarah kepatriotan orang Tionghoa di Nusantara.

‘Kepatriotan orang Tionghoa juga tak kalah luar bisa,” katanya.

Sebagai orang Aceh Azmi menggambarkan soal perlawanan orang Aceh dan Tionghoa melawan Belanda ratusan tahun sebelumnya.

“Sebab orang Aceh melawan Belanda sejak tahun 1873 sampai Indonesia berdiri. Tetapi orang Tionghoa sebelumnya tahun 1740-1743,” tuturnya.

Ditambahkannya, 2 (dua) Guru Besar Belanda saat ini terdapat perang maha dahsyat sepanjang menduduki nusantara bernama Geger Pecinan.

Perang yang dihadapi kompeni Belanda melawan orang Tionghoa bersekutu dengan Tentara Mataram Jawa.

Perang itu dimulai dari Batavia (Jakarta saat ini) menyisir sepanjang pesisir Pulau Utara. Sampai Banyu Wangi. Dalam perang itu hanya dikenal nama-nama besar Mangkubumi yang kemudian menjadi Hamengkubuwono I, Pakubuwono II hingga Amangkurat V. Namun ada dikenal nama Souw (Oey) Phan Chiang, dan lainnya.

Namanya memang didengar tidak Indonesia, namun dialah orang yang bersekutu dengan tentara Mataram Jawa di bawah pimpinan Paku Buwono II dan Mangkubumi saat itu dan berhasil merebut banteng Kertosuro.

”Hampir saja mereka berhasil mengusir Belanda ketika itu,” terangnya.

Kisah besar ini menjadi bahan ajar bagi anak SD pada tahun 1950-1960. Kisah ini menghilang hingga puluhan tahun dan kini mulai dikuak kembali dan bisa dilihat di Museum Tionghoa.

Kini, di Museum Pustaka Peranakan Tionghoa kini juga terdapat koleksi literatur, komik, surat kabar dan barang- barang lainnya tentang sejarah Tionghoa di Indonesia.

Museum ini berlokasi di ruko Golden Road BSD, Tangerang Banten. Pada tahun 2011 dan telah memiliki lebih dari 30.000 koleksi kepustakaan Tionghoa Indonesia. * (DW Baswir)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.