MP, PEKANBARU – Pihak Jas Merah dan PA 212 Provinsi Riau melalui Ketuanya, Ustadz R Ade Hasibuan, SH mengajak masyarakat untuk nonton bareng film ”Pengkhianatan G-30S PKI”.
Seruan yang sama juga ditujukan untuk seluruh pengurus DTP maupun pengurus tanfidzi DTK PA 212 Kabupaten dan Kota se-Provinsi Riau.
”Yang setia terhadap Pancasila dan NKRI mari kita tolak bangkitnya faham komunisme dan Neo PKI di Negeri kita ini, khususnya di wilayah Riau,” kata Ustadz Ade dalam siaran pers yang diterima redaksi Medium Pos, Kamis (24/9/2021).
Dia juga meminta pimpinan ormas Islam, Pondok Pesantren, Majelis Taklim, sekolah-sekolah dan lembaga lainnya untuk terus dan bersemangat memberikan pembelajaran, pengetahuan tentang bahaya laten dari Ideologi Komunisme terutama kepada para generasi-generasi muda, kaum milenial.
Ustadz Ade mengingatkan bangsa ini punya catatan sejarah yang tidak boleh terlupakan yaitu tragedi berdarah mulai dari peristiwa Madiun 1948 (Muso) dan G-30 S-PKI 1965 (D.N. Aidit) yang didalangi oleh kaum PKI dengan tujuan untuk mengubah Pancasila dengan haluan ideologi komunisme-nya, atheisme atau anti Tuhan.
Namun, tambah Ustadz Ade, saat nobar nanti Protokol Kesehatan (Prokes) tetap dijalankan. Nobar itu sendiri nanti pada 30 September yang tinggal beberapa hari lagi.
”Nobar di lingkungan Ormas kita masing-masing, di Pondok-pondok Pesantren kita masing-masing, di tempat majelis-majelis Taklim kita, atau di rumah kita masing-masing dan sebagainya. Jangan lewatkan begitu saja peristiwa dari sejarah ini,” tegasnya.
Ustadz Ade menyebutkan, saat ini tidak ada lagi catatan tentang peristiwa pengkhianatan PKI menjadi pembelajaran sejarah pada kurikulum pendidikan/pelajaran bagi generasi bangsa.
Semuanya seperti dikaburkan. Padahal kekejaman, kejahatan mereka begitu nyata tetap ada pihak pihak tertentu ingin dihilangkan dari ingatan anak bangsa.
”Ini sangat bahaya sekali dalam masa depan berbangsa dan bernegara yang aman dan damai,” tukasnya.
Ustadz Ade menambahkan, kita lihat sejarah kembali sebelum tragedi berdarah G-30 S-PKI (1965) situasi bernegara persis seperti kondisi kita bernegara saat ini.
Contoh dulu adanya pembubaran konstituante (1959), pembubaran Partai Masyumi (1960), pembubaran GPII (1963), ada lagi peristiwa penculikan para ulama/kiyai, pembakaran Pondok Pesantren dan sebagainya.
Kondisi saat ini, imbuh Ustadz Ade, beberapa tahun yang lalu HTI dibubarkan (2017), kemudian FPI dibubarkan juga (2020), ada Ulama dan aktivis Islam yang kritis dan lurus ditangkapi dan dikriminalisasi. Agama mau dibenturkan dengan nilai-nilai yang ada di Pancasila dan masih banyak lagi.
”Oleh karena itu sebagai rakyat Indonesia, kita harus bangga menjadi musuh para komunisme dengan tetap menegakkan keadilan dan melawan kedzaliman. Sebab Komunis itu nyata. Kita harus tolak faham atau ideologi komunisme karena kita Pancasila!” pungkas Ustad Ade. * (DW Baswir)