MP, PEKANBARU – Penanganan sampah di Kota Pekanbaru tak akan selesai dengan berfoto di parit parit yang tergenang banjir akibat mampet oleh tumpukan sampah.
Hal itu terungkap dalam diskusi bertajuk “Mengurai Persoalan Sampah di Provinsi Riau” yang diadakan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), kemarin siang (24/11/2022).Menurut Ahlul Fadli, Bidang Media dan Kampanye WALHI Riau, Pj Walikota Muflihun terkesan lebih mengedepan pencitraan.”Kalau pencitraan real kerjanya tidak masalah. Ini kan kejadian yang di belakang Jalan Bakti, ada tumpukan sampah yang Walikota nelpon DLHK, itu kan hanya ditimbun solusinya. Ditimbun lalu ditanam pohon,” ungkapnya.Secara rasional, imbuh aktivis yang akrab disapa Uul, apakah hilang tumpukan sampahnya? “Pastikan buang juga orang di sana. Karena penghasil sampah itu kan masyarakatnya,” ucapnya.
WALHI Riau juga menyorot pengangkutan sampah oleh pihak ketiga. Barangkali Pemko menganggap jika diserahkan pengangkutan sampah ke pihak ketiga/swasta masalah sudah selesai. Ternyata tidak. Kalau hanya pengangkutan sampah dianggarkan lebih kurang Rp44 miliar untuk satu zona itu malah sebuah pemborosan.”Yang hanya untuk pengangkutan menurut kami sebuah pemborosan. Lebih bagus disebar uangnya ke kapasitas dan peningkatan masyarakatnya. Misalnya memberikan edukasi dan fasilitas sarana berstandar dan merata di 15 kecamatan yang ada,” kata Uul lagi.Tim Walhi, lanjutnya, sudah melakukan investigasi, dan hasil dari Investigasi tersebut ada sekitar 160 tempat pembuangan sampah (TPS) yang tersebar di Pekanbaru, dan 2 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Muara Fajar.
Dari hasil Investigasi tersebut, banyak TPS yang tidak layak dan mengeluarkan aroma yang tidak bagus untuk kesehatan.” TPS di Payung Sekaki misalnya, tuh tidak layak. Karena, aroma dan limbah dari sampah tersebut tercecer di jalan. Begitu juga halnya dengan TPA yang di Muara Fajar banyak masyarakat di sana mengalami iritasi kulit terkait limbah cairan dari tumpukan sampah,” katanya lagi.

Mestinya, kata Ahlul, hal ini menjadi perhatian serius bagi Pemko dan juga anggota DPRD Pekanbaru untuk duduk bersama mencari solusinya. “Jangan, anggaran yang begitu besar, prosesnya hanya angkat, angkut, buang tanpa memikirkan dampak yang buruk bagi kesehatan masyarakat,” tukasnya.
Selain WALHI Riau, diskusi tersebut juga menghadirkan pembicara dari Peneliti ICEL, Fajri Fadhilla dan Duta Lingkungan Pekanbaru 2019, Hananni serta dipandu moderator Sri Depi Surya Azizah.
Peneliti ICEL, Fajri Fadhila mengatakan, bahwa pemerintah harus bekerja ekstra dan jangan hanya heboh diawal saja. ” Pemerintah mempunyai kekuasaan. Misalnya, program bank sampah yang sempat heboh. Tapi, saat ini tidak ada sama sekali kabar, malah setiap hujan turun sampai pasti berserakan di jalan maupun di sungai,” ucapnya.
Padahal, imbuh Fajri, ada salah seorang aktivis sampah mengatakan, bahwa untuk menjadikan lingkungan yang asri dan indah harus dimulai dari diri sendiri. Akan tetapi, untuk teknis dan kenyataan yang diterapkan oleh Pemerintah lamban sehingga sering terjadi tumpukan-tumpukan yang sangat banyak.
“Hidupkan lagi bank sampah dan mari bersama-sama menyelesaikan persoalan sampah saat ini,” pungkasnya. * (DW Baswir)