MP, PEKANBARU – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Riau menilai Program Riau Hijau tidak optimal mencegah kerusakan lingkungan hidup. Bahkan terkesan lambat alias slow banget.
Hal itu disampaikan Even Sembiring, Direktur Eksekutif WALHI Riau dalam paparan akhir tahun yang baru digelar awal Januari 2023.
Konferensi pers bertemakakan ‘’Tahun Politik: Menagih Janji Yang Belum Tuntas!’’ ini berlangsung di kantor WALHI Riau, Jalan Belimbing Pekanbaru, Jumat sore (3/2/2023).
Disebutkannya, Gubernur Riau Syamsuar memerlukan waktu dua tahun atau separoh masa jabatannya untuk mem-break down rencana Program Riau Hijau.
‘’Sebuah perencanaan yang terlalu lama. Ditambah lagi Pergub nomor 9 (tentang Riau Hijau, Red) itu tidak partisipatif,’’ ungkapnya.
Ditambahkan aktivis lingkungan yang akrab disapa Boy ini, ada 2 hal kritik substansi tentang perencanaan Riau Hijau nya saja.
‘’Pertama, kalau kita lihat rencana aksinya, Pemerintah Daerah tidak merumuskan capaian capaian yang ambisius. Slow slow banget,’’ kata Even Sembiring.
Dia memberikan contoh, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau menargetkan sampai 2024 hanya memfasilitasi program progrom pemerintah pusat; 20 Perhutanan Sosial dan 20 Tanah Obyek Agraria (TORA).
Kedua, kata Boy lagi, dalam penanganan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terlampau konvensional. Pemprov yang membangun beberapa sekat kanal, memfasilitasi masyarakat desa peduli pencegahan Karhutla dan sebagainya.
Namun, yang sering dibangga-bangkakan Gubernur Riau dari Program Riau Hijau ini adalah soal peningkatan vegetasi tutupan lahan. Capaiannya mencapai 700.000 hektare.
‘’Ini yang dibanggabanggakan Gubernur Riau. Targetnya kalau gag salah 2,7 juta hektare, pemulihan vegetasi. Implementasinya baru 700 ribu,’’ ungkapnya.
Menurut Direktur Eksekutif WALHI Riau, deforestasi walaupun menurun tetapi tetap ada. Belum lagi soal penangangan abrasi pantai, kata Boy, target Pemprov Riau targetnya 40 kilometer.
‘’Program ini tidak ambisius banget. Karena pesisir pantai yang terancam abrasi itu sepanjang 241 kilometer. Yang lebih parah ada yang menyebut mencapai 400 kilometer. Kalau perencanaannya tidak ambisius begitu, (tentu lah) dengan gampang mencapai indikatornya. Tentu tidak membawa perubahan apapun,’’ pungkasnya.
Terlepas soal itu, selain Even Sembiring, hadir narasumber lain di antaranya; , Umi Ma’rufaf, Koordinator Riset dan Kajian Kebijakan WALHI Riau, Kazzaini KS (tokoh masyarakat penyalai) dan tokoh Riau, Hj. Azlaini Agus.* (DW Baswir)