MediumPos
Untuk Ummat Kami Sampaikan

Antarkan 2,5 Ton Sembako, Datuk Pucuk LLMB Sebut Masyarakat Rempang Masih Trauma

MP, PEKANBARU – Kendati pemerintah akhirnya menunda untuk merelokasi masyarakat Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau (Kepri), namun masyarakat di pulau itu masih trauma.

Pernyataan itu diungkapkan Ketua Umum (Ketum) Lembaga Laskar Melayu Bersatu (LLMB) Datuk Pucuk Ismail Amir dalam keterangan pers di salah satu ruang pertemuan, Rabu (27/09/2023) sore.

Di kesempatan itu, Datuk Pucuk LLMB didampingi Sekretaris Jenderal (Sekjen) Datuk Juprizal dan Panglima Kota (Pangah) Datuk M Uzer.

Dituturkan Datuk Pucuk, dirinya bersama Sekjen Juprizal baru saja pulang dari Pulau Rempang untuk mengantarkan donasi yang mereka himpun dari para anggota LLMB yang berada di 3 provinsi, masing masing Provinsi Riau, Kepri dan Sumatera Utara (Sumut).

”Alhamdulillah, dengan menggunakan 4 unit mobil, melewati 9 pos yang masing masing pos dijaga oleh personel Brimob Polri, TNI, Marinir dan Satpol PP Pemko Batam, kami tak ada kendala mengantarkan donasi itu. Kami sampai ke ujung Pulau Rempang, yaitu Pasir Panjang untuk mengantarkan langsung donasi dari anggota dan relawan LLMB,” tutur Datuk Pucuk Ismail Amir.

Kehadirannya di Rempang itu, tidak semata mengantar bantuan sembako tetapi sekaligus memberikan ”sitawar, sidingin” kepada masyarakat yang masih ketakutan, pasca aksi penolakan relokasi, jilid 1 dan 2.

”Hingga kini masyarakat Rempang masih trauma. Mereka, yang bapak bapaknya takut melaut, ibu ibunya takut ke kebun. Karena ketika mereka meninggalkan rumah, takut datang tukang ukur, dan mereka tidak bisa pulang ke rumah,” kata Datuk Pucuk Ismail.

Sekjen LLMB Datuk Juprizal menambahkan, meski pemerintah akhirnya menundang relokasi atau mengosongkan Pulau Rempang, tetapi dia berharap pemerintah dapat bersikap bijak. Tidak merugikan masyakarat atau rakyatnya sendiri untuk untuk satu investasi.

Diakuinya, memang ada masyarakat bersedia direlokasi, tetapi itu sebagian kecil yang rumah mereka semi permanen. Bagi yang rumah mereka dibangun secara permanen, masyarakat yang ditemui bisa dikatakan menolak untuk direlokasi.

”Kalau tujuannya memang untuk investasi, tentu akan menyejahterakan masyarakat Rempang. Tetapi mengapa masyarakat yang digeser. Ada apa ini?” kata Datuk Juprizal.

Sekjen LLMB ini menambahkan, mengapa masyarakat Rempang harus direlokasi. Mengapa tidak dilibatkan saja mereka dalam investasi itu.

”Masyarakat Rempang yang kami jumpai mangaku siap untuk dipekerjakan dalam proyek strategis pemerintah itu. Lalu kemudian ada pernyataan dari Pak Rudi (M Rudi/Kepala Badang Pengusahaan Batam, Red), katanya limbah pabrik kaca yang akan dibangun itu berbahaya,” ucap Juprizal.

Namun, imbuh Sekjen LLMB, pernyataan Muhammad Rudi ini bertolak belakang dengan keterangan Tomi Winata (TW), investor yang akan membangun proyek Eco City Rempang di Majalah Tempo edisi terakhir.

Dalam wawancara dengan Tempo itu, TW menyebut di Eco City Rempang itu nanti juga akan dibangun resort dan apartement kawasan pemukiman elite.

”Pertanyaannya apakah yang akan menempati kawasan Eco City Rempang itu nanti punya daya tahan tubuh terhadap limbah kaca. Ini kan jelas dua keterangan yang bertolak belakang,” pungkasnya. * (DW Baswir)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.